Selasa, 22 November 2011

~ Maafkan Aku, Ayah dan Ibu ~





Ayah, Ibu, maafkan Aku, ini sudah kodrat Ku.

Aku lahir kedunia belum cukup pada waktunya Delapan bulan 2 hari, tepat
pada tanggal 3 Oktober 2006, jam 11, 45 dengan bantuan operasi. di RS
Permata Ibu.

Bahagia sekali rasaya, ketika pisau bedah menyentuh kulit plasenta yangmembungkusku. Bahagia sekali rasaya aku akan berkumpul dengan keluargaku.

Tapi takdir berbicara lain Allah punya rencana lain nafasku, !!! Kondisi
nafasku tidak seperti yang lain. Aku harus hidup, aku harus hidup, aku
ingin berkumpul dengan keluargaku.

Tidak lama kemudian aku mendengar suara azan di telingaku. Aku berfikir
inikah Orang tuaku, inikah ayahku yang bahagia melihatku dan mengumandanka
azan di telingaku. Tapi apa daya RS di mana tempatku dirawat tidak
mempunyai alat yang akan menolongku.Aku dipindah kan RS Sentra Medika
untuk mendapat bantuan agar nafasku bisa sempurna.

Jumat, 21 Oktober 2011

"Aku Terpaksa Menikahinya"



Semoga kisah di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :



Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.



Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.



Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.



Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.





Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.