Selasa, 22 November 2011

~ Maafkan Aku, Ayah dan Ibu ~





Ayah, Ibu, maafkan Aku, ini sudah kodrat Ku.

Aku lahir kedunia belum cukup pada waktunya Delapan bulan 2 hari, tepat
pada tanggal 3 Oktober 2006, jam 11, 45 dengan bantuan operasi. di RS
Permata Ibu.

Bahagia sekali rasaya, ketika pisau bedah menyentuh kulit plasenta yangmembungkusku. Bahagia sekali rasaya aku akan berkumpul dengan keluargaku.

Tapi takdir berbicara lain Allah punya rencana lain nafasku, !!! Kondisi
nafasku tidak seperti yang lain. Aku harus hidup, aku harus hidup, aku
ingin berkumpul dengan keluargaku.

Tidak lama kemudian aku mendengar suara azan di telingaku. Aku berfikir
inikah Orang tuaku, inikah ayahku yang bahagia melihatku dan mengumandanka
azan di telingaku. Tapi apa daya RS di mana tempatku dirawat tidak
mempunyai alat yang akan menolongku.Aku dipindah kan RS Sentra Medika
untuk mendapat bantuan agar nafasku bisa sempurna.


Satu hari, dua hari keadaanku sedikit membaik, aku bisa menagis, aku bisa
merasakan sentuhan tangan ayahku ketika dia tahu aku sudah bisa menangis.
Aku juga mendengar dia berkata, anakku, kamu harus kuat, kamu harus hidup.
Ini ayah. Dan terlihat jelas air mata kebahagiaan mengucur dari matanya.

Tapi, dengan alasan terlalu jauh aku dipindahkan lagi ke RS Fatmawati pada
tanggal 5 Oktober 2006 oleh ayahku. Aku dipindahkan dengan ambulan. Di
dalam hatiku. Aku bertanya. Ayah mau dibawa ke mana aku, Ayah apa aku
ingin bertemu Ibu. Setelah sampai aku sadar bahwa aku masih belum
sempurna, bahwa aku masih harus berjuang untuk menyempurnakan diriku. Satu
hari aku di sini, terasa badanku lemas sekali. Aku susah sekali bernafas.
Ayah, aku harus hidup.

Hari kedua aku di sini, diruang kecil yang penuh dengan selang kondisi
tubuhku semakin menurun. Orang yang ada disekelilingku, dengan kemampuanya
sebagai seorang perawat dan Dokter berusaha untuk menolongku. Banyak sudah
benda-benda yang masuk ke tubuhku.

Di saat tidak ada kepastian yang terjadi pada diriku aku mendengar langkah
lemas menghampiriku jauh bukan di dekatku. Dia melihatku, dia memandangku,
dari kejauhan. Tapi aku dapat mendengar, dia menangis, dan dia berkata,
nak ini ibu, ingin sekali ibu memeluk dan menciumu. Ingin sekali ibu
memberimu susu. Tapi ibu tidak bisa, ibu hanya berharap kamu harus kuat,
ibu hanya berharap kamu harus hidup.

Ibu, .ibu. aku berteriak, tapi dia tidak mendengar, semua orang tidak bisa
mendengar teriakanku. aku pandangi dia, dia terus saja menangis. Oh Ibu, .
Andai aku bisa menghampirimu aku ingin memelukmu, aku ingin dekapanmu. Aku
mau kau tersenyum untuku.
Hari ketiga keadaanku semakin parah. Dokter memutuskan untuk memasukan
selang ventilator dan kemudian darah mengalir dari dalam selang kecil
masuk ke tubuhku.

Tubuhku semakin bengkak dan aku semakin tidak bisa bergerak. Hingga hari
keempat keadaanku semakin parah dari mulutku keluar carian berwarna merah.

Hari kelima. Dokter yang menanganiku sudah mulai putus asa. Kemudian jam
11.30 ibu menelphon ayah. Karena dokter ingin bicara.
Entah apa yang dibicarakan aku melihat ayah begitu gelisah, begitu gunda
bahkan sedih sekali. Sore hari menjelang maghrib ayahku pergi untuk
mengambil darah untukku lagi. Jam 11.30 malam dia sampai dan menyerahknnya
ke Perawat. Ayah, Ibu, aku sudah tidak kuat, aku sudah tidak bisa lagi
bernafas.

Sesosok telah menghampiriku. Dia mengajaku, dia ingin mengajakku jauh dari
sini. Jauh dari penderitaan dan kesedihan. Lembut tangannya menariku dari
box kecil yang memenjarakanku. Dia membisikan kata-kata kepadaku, "Wahai
Irsyad, kKamu telah dipanggil Allah. Allah memanggilmu untuk pulang. Mari
pegang tanganku dan ikutlah bersamaku menghadap sang kuasa, sang pencipta.
Zat yang menciptakanmu."

"Ayah dan Ibumu hanyalah tempat di mana kamu akan dititipkan kalau memang
kamu diizinkan untuk hidup. Tapi Allah lebih cinta kamu sehingga Dia
memanggilmu untuk pulang."

Jam 2.30 pagi aku menghembuskan nafas terakhirku. Aku pulang ke tempat di
mana aku diciptakan. Ayah, Ibu, maafkan Irsyad. Aku tidak bisa bersama
kalian. Aku cinta kalian. Tapi Allah lebih sayang padaku. Dia tidak mau
aku menderita, dia tidak mau kalian menderita karenaku.

Ayah, Ibu, walaupun aku tidak bersamamu tapi cinta dan sayangku selalu
mengiringi kepergianku. Aku memang hanya hidup satu minggu, tapi aku yakin
bahwa kalian berdua sangat mencintaiku. Ayah Ibu doaku selalu untukmu.
Selamat tinggal Ayah, ibu dan kedua Kakakku. Aku mohon maaf, karena aku
tidak bisa bersama kalian semua. Semoga Allah memberikan ketabahan yang
kuat untuk kalian semua. Kalian harus meneruskan hidup sampai Allah akan
memanggil kalian sehingga nanti kita bisa bersatu disatu tempat yang akan
telah diberikanNya.
Selamat tinggal keluargaku tercinta walaupun aku tidak bisa bersamamu. Doa
dan cintaku selalu bersamamu.

Terima kasih ibu, atas perjuanganmu mengandungku selama 8 bulan 2 hari.
Cintaku selalu menyertaimu selamanya. Ayah, cinta dan ketulusanmu padaku
tidak bisa aku balas dengan jiwaku. Aku cinta padamu ayah. Dan aku akan
selalu mendoakanmu.

Kakak-kakakku, kelak nanti kita pasti akan bertemu dan berkumpul. Jaga Ibu
dan Ayah. Jadilah anak yang baik dansoleh, yang bisa melindungi keluarga
dan kedua orang tua kita. Semoga Allah menyatukan kita di satu saat nanti,
di tempat yang paling mulia di sisi-Nya.

Wassalam

Dari Ayah untuk anaku yang selalu dikenang

Irsyad Ramadhan Lahir:3 oktober 06 Wafat:10 Oktober 06

oleh: Rudi Setiawan

1 komentar: